Kham jama-jama dukung kalau ya tetap jaya, sifatni ya panulung, jalma khedik jak agama. Minak Inton dang bingung, tutukh goh Khadin Jaya, ya jalma ne panghubung khek monekh bijaksana.
Artinya, kita sama-sama mendukung kejayaannya, sifatnya yang penolong dan dekat dengan agama. Minak Intan jangan bingung, ikuti saja Raden Jaya, dia manusia penghubung yang bijaksana.
Penggalan kalimat itu dibacakan Raden Dulu pada prosesi pemberian gelar adat (adok) kepada Tommy Muhamad Nur yang mendapat gelar Raden Mas Jaya di Lampung dan Rusnayati, istrinya, yang mendapat gelar Minak Intan Berlian oleh para pemuka adat dari Marga Punduh ini termasuk langka. Tradisi ini sudah dimulai sejak tahun 1420
.
Menurut Raden Dulu, salah satu pemuka adat marga, sepanjang 600 tahun atau enam abad keberadaan Marga Punduh di Punduhpidada, marga ini baru dua kali memberikan gelar adat. Yang pertama justru untuk orang luar yang berjasa di bidang pendidikan. Oleh sebab itu, prosesi pemberian gelar adat Marga Punduh terkesan sangat eksklusif dan tertutup.
Pemberian adat yang berlangsung Minggu (21-11) ini berlangsung di Desa Maja sebagai desa adat tertua di Punduhpidada, dihadiri pemuka adat dari seluruh Kemargaan di Lampung.
"Untuk orang luar, kami hanya memberikan kepada satu orang, itu juga karena dia berjasa, khususnya dalam merintis dunia pendidikan di tujuh desa yang masuk dalam Kemargaan Punduh ini," ujar Raden Dulu.
Menurut dia, gelar adat Marga Punduh hanya diberikan kepada keturunan Marga Punduh. "Kalau pemuka adat tidak berkenan, walaupun yang ingin mendapatkan gelar sudah menyiapkan materi berlebihan, pemberian gelar tak akan pernah ada," kata Raden Dulu
.
Menurut M. Nawawi, wakil saibatin (pemimpin Marga Punduh), yang didampingi Indera Gandhi, gelar Minak Khadin, menyebut Marga Punduh dipimpin secara turun-temurun oleh keluarga dari saibatin. "Saat ini Marga Punduh dipimpin Nurdiansyah dan akan diteruskan kepada keluarganya secara turun-temurun dari pemimpin Marga Punduh yang pertama kali datang ke sini, yakni Saibatin Purba Ningrat, berasal dari Kerajaan Skala Brak, di Lampung Barat, sekitar tahun 1420. Sampai sekarang pedang perak peninggalan Saibatin Purbaningrat masih tersimpan sebagai keramat marga," kata M. Nawawi.
Raden Dulu juga menambahkan pemberian gelar adat kepada Tommy Muhamad Nur dan istrinya ini didasarkan pada garis keturunan Marga Punduh yang dimiliki Tommy Muhammad Nur. Tommy merupakan keturunan erat dari dua tokoh penyebar agama Islam di Punduhpidada, yakni Syekh Abdul Fatah Naqsa'bandiah dan Syekh Abdul Rauf Naqsa'bandiah. "Gelar Raden Mas Jaya di Lampung yang kami berikan ini memiliki makna keberhasilannya yang telah mengharumkan nama Marga Punduh. Gelar Raden adalah gelar tertinggi setelah saibatin sebagai pemangku adat," kata dia
.
Tommy Muhamad Nur yang mendapat gelar Raden Mas Jaya di Lampung mengaku pemberian gelar adat ini adalah anugerah dari para pemuka adat Marga Punduh meskipun dia keturunan langsung dari dua tokoh penyebar agama Islam di Marga Punduh ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar